Influencer marketing telah menjadi salah satu strategi pemasaran digital paling populer di era media sosial.
Apakah kampanye influencer Anda benar-benar efektif? Jawabannya terletak pada satu kata kunci: ROI (Return on Investment).
Sayangnya, banyak bisnis hanya mengandalkan jumlah likes atau followers sebagai indikator keberhasilan, padahal itu hanyalah permukaan.
Berikut ini adalah cara menghitung ROI influencer marketing secara menyeluruh, serta metrik penting yang harus Anda perhatikan untuk mengukur dampak sesungguhnya.
Apa Itu ROI dalam Influencer Marketing?
ROI (Return on Investment) adalah ukuran seberapa banyak keuntungan yang dihasilkan dari investasi tertentu.
Dalam konteks influencer marketing, ROI menunjukkan seberapa efektif anggaran yang Anda keluarkan untuk kolaborasi menghasilkan pendapatan atau value lainnya.
Rumus ROI Sederhana:
ROI = (Pendapatan dari kampanye – Biaya kampanye) / Biaya kampanye × 100%
Contoh:
Jika Anda membayar Rp5 juta untuk kerja sama dan mendapatkan penjualan Rp15 juta, maka:
ROI = (15 juta – 5 juta) / 5 juta × 100% = 200%
Kenapa ROI Influencer Marketing Sulit Diukur?
Tidak semua hasil influencer marketing langsung berupa penjualan. Beberapa hasil penting lainnya seperti brand awareness, peningkatan followers, atau leads juga bernilai, tapi sulit diukur secara langsung.
Oleh karena itu, penting memahami metrik yang relevan untuk masing-masing tujuan.
Metrik Penting untuk Mengukur ROI Influencer Marketing
1. Engagement Rate
Jangan terjebak pada jumlah followers! Yang lebih penting adalah seberapa aktif audiens terlibat dengan konten influencer.
Rumus Engagement Rate:
(Like + Comment + Share) ÷ Jumlah followers × 100%
Standar engagement rate:
- Nano influencer: 4% ke atas (baik)
- Micro influencer: 2,5–4%
- Macro influencer: 1,5–2,5%
Mengapa penting?
Tingkat keterlibatan menunjukkan kepercayaan audiens terhadap influencer, bukan hanya popularitas.
2. Reach & Impressions
- Reach = jumlah orang unik yang melihat konten
- Impressions = total berapa kali konten tampil (termasuk yang melihat lebih dari sekali)
Mengapa penting?
Reach tinggi berarti brand Anda dikenali lebih luas. Impressions membantu mengukur frekuensi pesan tersampaikan.
3. Click-Through Rate (CTR)
CTR mengukur berapa banyak orang yang mengklik link promosi yang dibagikan influencer (contoh: link di bio, swipe up, linktree).
Rumus CTR:
(Jumlah klik ÷ Jumlah views atau reach) × 100%
Tips: Gunakan tautan UTM atau Bit.ly untuk tracking yang lebih akurat.
4. Conversion Rate
Mengukur berapa banyak orang yang melakukan aksi spesifik setelah melihat konten, seperti membeli, daftar newsletter, atau download.
Rumus Conversion Rate:
(Jumlah aksi ÷ Jumlah klik atau traffic) × 100%
Contoh aksi konversi:
- Pembelian produk
- Penggunaan kode promo
- Pengisian formulir
- Pendaftaran akun
5. Customer Acquisition Cost (CAC)
CAC menunjukkan berapa biaya yang Anda keluarkan untuk mendapatkan satu pelanggan melalui kampanye influencer.
Rumus CAC:
Total biaya influencer ÷ Jumlah pelanggan baru dari campaign
Kenapa penting?
Jika CAC Anda lebih rendah dari profit per pelanggan, maka kampanye bisa dikatakan berhasil secara finansial.
6. Customer Lifetime Value (CLV/LTV)
CLV adalah total nilai keuntungan dari satu pelanggan selama mereka menggunakan produk/layanan Anda.
Mengapa ini penting?
Meski influencer hanya mendatangkan satu penjualan awal, pelanggan itu bisa melakukan pembelian berulang atau merekomendasikan brand Anda ke orang lain.
Contoh: Jika pelanggan rata-rata membeli Rp200.000 setiap bulan selama 1 tahun, maka LTV = Rp2,4 juta
7. Kode Promo & Link Unik
Gunakan kode diskon khusus atau link unik untuk masing-masing influencer agar Anda bisa melacak performa individu.
Tips:
- Contoh kode: “MAYA10” untuk diskon 10%
- Gunakan Google Analytics + UTM untuk tracking klik & asal konversi
8. Brand Sentiment & Mention Tracking
Lacak perubahan sentimen terhadap brand Anda di media sosial selama dan setelah kampanye berlangsung.
Tools seperti Brand24, Hootsuite, atau Sprout Social bisa membantu.
Tujuan:
- Apakah brand Anda disebut dalam konteks positif?
- Apakah ada peningkatan mention organik?
Contoh Studi Kasus Singkat
Brand: Minuman Herbal
Influencer: Micro influencer (followers 80K, Instagram)
Biaya kampanye: Rp5 juta
Hasil:
- 75 pembelian via kode promo
- CTR: 2,8%
- Conversion rate: 8,5%
- Total pendapatan: Rp11 juta
- ROI: 120%
Insight: Engagement tinggi, konten natural, dan audiens sesuai = ROI positif
Kesalahan Umum dalam Mengukur ROI Influencer Marketing
- Hanya melihat likes dan views
- Tidak menggunakan link & kode promo unik
- Tidak mengatur tujuan spesifik sejak awal
- Tidak mengevaluasi performa masing-masing influencer
- Tidak memperhitungkan LTV pelanggan
Mengukur ROI dalam influencer marketing memang lebih kompleks daripada menghitung penjualan biasa.
Namun, dengan pendekatan yang tepat – menggunakan engagement rate, conversion rate, CAC, hingga CLV – Anda bisa mendapatkan gambaran yang jauh lebih akurat tentang efektivitas kampanye Anda.
Jangan hanya lihat popularitas. Fokuslah pada kualitas interaksi dan hasil nyata yang dibawa oleh influencer ke bisnis Anda.








