Mengenal Minting Crypto, Cara Mengubah Objek Digital Menjadi Aset Kripto

Avatar photo

Asrul

Minting Crypto
Foto: Orion_Production/Envato Elements

Pelajari apa itu minting crypto dan bagaimana proses mengubah objek digital menjadi aset kripto yang memiliki nilai di pasar digital.

Dunia aset digital semakin berkembang dengan munculnya konsep minting crypto, yang memungkinkan objek digital seperti karya seni, musik, dan konten digital lainnya diubah menjadi aset kripto.

Proses ini memberikan nilai dan kepemilikan yang dapat diperdagangkan di pasar kripto. Dalam artikel ini, Anda akan mengenal lebih dalam tentang apa itu minting crypto, cara kerjanya, serta potensi keuntungan yang bisa diperoleh dari aset digital ini.

Mengerti Tentang Proses Minting di Dunia Kripto

Mengerti Tentang Proses Minting di Dunia Kripto
Foto: Mstandret/Envato Elements

Secara umum, minting adalah proses mencetak koin atau token digital. Dalam konteks kripto, minting berarti mengubah objek digital, seperti gambar, video, atau file lainnya, menjadi aset kripto yang dapat diperdagangkan di pasar digital.

Proses ini memungkinkan token digital untuk disimpan di blockchain, suatu sistem pencatatan digital yang terdesentralisasi dan aman.

Minting berbeda tergantung pada protokol atau sistem blockchain yang digunakan. Misalnya, minting di Ethereum berbeda dengan minting di Binance Smart Chain.

Setiap blockchain memiliki prosedur dan aturan yang harus diikuti untuk memvalidasi dan mencatat transaksi baru di jaringan mereka.

Baca Juga:  Panduan Pemula untuk Berinvestasi di Saham Kripto

Minting juga sering dibandingkan dengan mining (penambangan), tetapi keduanya memiliki perbedaan signifikan.

Minting memerlukan ekosistem blockchain yang lebih khusus dan terkadang lebih modern dibandingkan dengan mining yang lebih umum dikenal.

Salah satu aplikasi paling populer dari minting di dunia kripto adalah pembuatan NFT. Proses ini sering menggunakan algoritma Proof of Stake (PoS), sebuah mekanisme yang memungkinkan pengguna untuk memvalidasi transaksi dan mencetak blok baru berdasarkan jumlah token yang mereka miliki.

PoS memungkinkan proses minting menjadi lebih efisien dengan mengurangi jumlah node atau penambang yang diperlukan, serta mengurangi risiko manipulasi jaringan.

Implementasi Teknik Minting pada Aset NFT

Implementasi Teknik Minting pada Aset NFT
Foto: Tony Bangkok/Envato Elements

Minting sering digunakan dalam konteks NFT, yaitu token digital yang unik dan tidak dapat dipertukarkan satu sama lain. NFT bisa berupa karya seni digital, musik, video, atau file lainnya yang unik.

Aset ini disimpan di blockchain dan terkait dengan smart contract atau kontrak pintar yang mengatur hak dan kepemilikannya. NFT memungkinkan pembuat konten untuk memonetisasi karya mereka dalam bentuk digital.

Proses minting pada NFT bisa diartikan sebagai proses mengubah karya seni digital menjadi aset yang diakui di jaringan blockchain. Sebelum minting, pembuat konten harus memilih marketplace yang tepat untuk menjual NFT mereka.

Beberapa contoh marketplace yang populer di blockchain Ethereum termasuk OpenSea, Mintable, dan Rarible. Sedangkan di jaringan Binance Smart Chain, marketplace yang sering digunakan antara lain Juggerworld, Treasureland, dan BakerySwap.

Secara sederhana, minting NFT mengubah file digital seperti gambar atau video menjadi aset digital yang tersimpan dalam sistem blockchain.

Setelah minting selesai, aset ini tidak dapat dimodifikasi, diedit, atau dihapus, menjadikannya aset yang aman dan unik di blockchain.

Baca Juga:  Langkah Demi Langkah Memulai Investasi Kripto, 10 Tips untuk Menghindari Kerugian

Proses minting ini bisa berlangsung cukup cepat, bahkan kurang dari satu jam, tergantung pada sistem dan jaringan yang digunakan.

Cara Kerja Minting NFT

Cara Kerja Minting NFT
Foto: iLixe48/Envato Elements

Minting NFT memiliki proses yang berbeda-beda tergantung pada sistem blockchain yang digunakan, namun ada beberapa langkah umum yang biasanya dilakukan:

1. Menentukan Item atau Aset Digital untuk Dijadikan NFT

Langkah pertama adalah memilih aset digital yang ingin diubah menjadi NFT. Aset ini bisa berupa gambar, video, GIF, game, dan jenis file digital lainnya.

Penting untuk memastikan bahwa Anda memiliki hak kekayaan intelektual atas aset tersebut untuk menghindari masalah legalitas dan hak cipta di masa mendatang.

2. Menentukan Platform Blockchain yang Tepat

Setelah menentukan aset yang akan dijadikan NFT, langkah berikutnya adalah memilih platform blockchain yang akan digunakan.

Beberapa pilihan populer adalah Ethereum, Polygon, dan Binance Smart Chain. Setiap blockchain menawarkan keunggulan berbeda dalam hal kecepatan transaksi, biaya gas (gas fee), dan fitur-fitur lainnya yang mendukung minting.

3. Memilih Marketplace untuk Minting NFT

Marketplace adalah tempat di mana NFT dapat diperdagangkan setelah proses minting selesai. Marketplace ini terhubung dengan blockchain tertentu dan menyediakan fasilitas untuk minting, listing, dan penjualan NFT.

Beberapa pilihan populer di jaringan Ethereum termasuk OpenSea, Mintable, dan Rarible, sedangkan di Binance Smart Chain terdapat BakerySwap, Treasureland, dan Juggerworld.

4. Memahami Risiko Minting bagi Investor Aset Digital

Minting, seperti aktivitas lain di dunia kripto, tidak lepas dari risiko. Berikut adalah beberapa risiko yang perlu dipahami oleh investor yang tertarik dengan proses minting:

5. Kajian Mendalam Sangat Diperlukan

Investasi dalam aset digital seperti NFT dan cryptocurrency memerlukan analisis pasar yang mendalam. Aset kripto dikenal sangat volatil, bahkan lebih volatil dibandingkan dengan saham.

Baca Juga:  5 Platform Trading Kripto Terbaik di Indonesia untuk Transaksi Aman dan Efisien

Oleh karena itu, investor harus bisa menganalisis pergerakan harga dengan teliti dan menguasai analisis teknis serta fundamental agar dapat memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan risiko kerugian.

6. Risiko Pembajakan dan Duplikasi Karya

Ketika minting dilakukan, blockchain hanya mencatat identitas pengguna dan transaksi, bukan detail dari karya seni itu sendiri.

Hal ini berarti karya yang sama dapat didaftarkan oleh pengguna berbeda, berpotensi memunculkan masalah hak cipta atau pembajakan.

Investor harus sangat berhati-hati dan memastikan bahwa mereka membeli NFT dari sumber yang terpercaya.

7. NFT Tidak Menjamin Kepemilikan Hak Cipta atau Properti

Penting untuk dipahami bahwa ketika seseorang membeli NFT, mereka tidak mendapatkan hak cipta atau hak milik penuh atas produk tersebut, melainkan hanya membeli representasi dari produk itu di dunia digital.

Pembeli tidak berhak memproduksi ulang atau mendistribusikan karya tersebut kecuali diizinkan oleh pemegang hak asli.

8. Rentan Terhadap Praktik “Gorengan” Harga

Dunia kripto sering diwarnai dengan praktik manipulasi harga atau “gorengan”. Hal ini juga bisa terjadi pada NFT, di mana penjual dengan sengaja menaikkan harga aset melalui transaksi yang mereka buat sendiri menggunakan beberapa akun.

Praktik ini bisa menyesatkan investor lain yang mengira bahwa aset tersebut memiliki permintaan tinggi dan prospek keuntungan besar.

Minting di dunia kripto, terutama dalam pembuatan NFT, membuka banyak peluang bagi para kreator dan investor untuk mendapatkan keuntungan dari aset digital.

Namun, penting bagi semua pihak yang terlibat untuk memahami cara kerja minting, memilih platform yang tepat, dan memahami risiko yang mungkin terjadi.

Dengan informasi yang tepat dan pendekatan yang hati-hati, minting dapat menjadi alat yang berguna dalam memanfaatkan potensi dunia kripto yang terus berkembang.

Rekomendasi

Tags