Inflasi itu ibarat musuh dalam selimut buat dompet kita. Diam-diam tapi pasti, inflasi bikin nilai uang yang disimpan terus berkurang karena daya belinya makin melemah.
Bayangkan saja, uang Rp 100 ribu yang dulu bisa belanja banyak, sekarang hanya cukup buat beberapa barang saja.
Nah, biar uangmu nggak cuma nganggur dan kena gerus inflasi, kamu butuh strategi yang cerdas: investasi anti-inflasi!
Berikut ini 7 jenis investasi yang terbukti tahan banting terhadap inflasi, cocok buat kamu yang pengen lindungi nilai uangmu jangka panjang.
1. Emas Batangan
Emas telah menjadi instrumen lindung nilai terhadap inflasi sejak ratusan tahun lalu. Saat daya beli uang menurun, harga emas justru cenderung naik.
Cocok banget buat kamu yang ingin perlindungan jangka panjang.
Keunggulan:
- Likuiditas tinggi (mudah dijual kapan saja)
- Bisa disimpan secara fisik atau digital
- Tidak tergerus inflasi dan krisis
Return Historis: Rata-rata return tahunan 6–8% dalam jangka panjang.
Tips:
- Beli emas batangan bersertifikat resmi (Antam/UBS)
- Gunakan platform digital terpercaya seperti Pegadaian Digital, Tokopedia Emas, atau e-mas
- Simpan di safe deposit box atau brankas digital untuk keamanan maksimal
2. Properti (Tanah dan Rumah)
Properti seperti rumah dan tanah terbukti tahan inflasi. Selain nilainya yang meningkat, properti juga bisa mendatangkan penghasilan pasif dari sewa.
Keunggulan:
- Aset riil yang bisa dimanfaatkan langsung
- Nilainya jarang turun drastis
- Cocok untuk investasi jangka panjang
Return Historis:
- Kenaikan harga 5–12% per tahun di kota besar
- Tambahan income dari sewa bisa 3–7% per tahun
Tips:
- Pilih lokasi strategis dekat fasilitas umum
- Hindari properti di kawasan rawan banjir atau jauh dari pusat aktivitas
- Pertimbangkan skema KPR untuk leverage modal
3. Saham Defensif
Saham dari perusahaan yang produknya dibutuhkan setiap saat, bahkan saat ekonomi sedang lesu. Biasanya berasal dari sektor konsumsi primer, farmasi, atau utilitas.
Contoh: Unilever, Indofood, Kalbe Farma
Keunggulan:
- Cenderung stabil saat krisis
- Potensi dividen rutin
- Cocok untuk investor yang ingin tetap untung di masa sulit
Return Historis: 8–15% per tahun tergantung kinerja perusahaan dan pasar
Tips:
- Pelajari laporan keuangan dan konsistensi profit
- Diversifikasi portofolio dengan beberapa saham defensif
- Gunakan fitur auto-invest jika ingin rutin beli saham
4. Komoditas (Minyak, Gas, Logam Industri)
Harga komoditas umumnya naik seiring inflasi karena permintaan tinggi dan biaya produksi meningkat.
Contoh: Minyak mentah, gas alam, tembaga, nikel
Keunggulan:
- Melindungi nilai portofolio dari inflasi
- Digunakan sebagai aset lindung nilai (hedging)
- Cocok untuk diversifikasi investasi
Return Historis:
- Cenderung fluktuatif, tapi bisa menghasilkan 10–20% saat pasar bullish atau krisis
Tips:
- Investasi lewat ETF komoditas seperti Gold ETF atau Energy ETF
- Gunakan platform yang diawasi OJK jika berinvestasi futures
- Pantau kondisi geopolitik dan supply-demand global
5. Obligasi Inflasi (Inflation-Linked Bonds)
Obligasi yang memberikan kupon dan nilai pokok yang disesuaikan dengan tingkat inflasi. Sangat cocok untuk menjaga daya beli.
Contoh: ORI (Obligasi Ritel Indonesia), SBN Ritel indeksasi inflasi
Keunggulan:
- Pendapatan tetap yang meningkat sesuai inflasi
- Risiko rendah, cocok untuk diversifikasi portofolio
- Dijamin pemerintah
Return Historis: 6–8% per tahun
Tips:
- Cek jadwal penerbitan di situs Kemenkeu
- Beli melalui mitra distribusi seperti bank, fintech, atau aplikasi SBN
- Simpan hingga jatuh tempo untuk hasil maksimal
6. Reksadana Pasar Uang & Pendapatan Tetap
Kenapa ini penting? Cocok buat pemula yang ingin mengalahkan inflasi ringan tanpa risiko besar.
Keunggulan:
- Modal terjangkau (mulai Rp 10 ribu)
- Manajemen profesional
- Likuid dan mudah dicairkan
Return Historis:
- Pasar uang: 3–5%/tahun
- Pendapatan tetap: 5–7%/tahun
Tips:
- Pilih reksadana dari manajer investasi bereputasi baik
- Bandingkan kinerja historis di aplikasi seperti Bibit, Ajaib, atau Bareksa
- Gunakan fitur auto-debit untuk investasi rutin
7. Investasi di Bisnis Produktif
Berinvestasi di bisnis riil seperti waralaba, UMKM, atau usaha patungan yang menghasilkan pendapatan tetap dan bisa tumbuh.
Contoh: Waralaba minuman, saham usaha kecil, patungan modal usaha makanan
Keunggulan:
- Potensi cuan besar dan cashflow bulanan
- Bisa dikontrol langsung (jika kamu pemilik)
- Memberdayakan ekonomi lokal
Risiko:
- Gagal usaha jika manajemen buruk atau pasar lesu
Tips:
- Kenali tim pengelola dan model bisnisnya
- Minta laporan keuangan transparan
- Diversifikasi ke beberapa bisnis jika memungkinkan
Inflasi nggak bisa dihindari, tapi bisa dilawan dengan strategi investasi yang tepat. Tujuh instrumen di atas bukan cuma bisa lindungi nilai uangmu, tapi juga bantu kamu meraih tujuan finansial jangka panjang.
Jadi, kamu tim emas, properti, atau saham defensif?