Berinvestasi di reksadana saham bisa menjadi langkah besar dalam perjalanan finansial kamu.
Jenis reksadana ini menawarkan peluang keuntungan paling tinggi di antara jenis reksadana lainnya. Tapi, tentu ada harga yang harus dibayar: risikonya juga lebih tinggi.
Karena itu, penting banget buat pemula memahami strategi, cara memilih produk yang tepat, dan bagaimana mengelola risikonya.
Tenang, kamu nggak perlu jadi ahli saham dulu untuk memulai. Dengan panduan yang benar, reksadana saham bisa menjadi investasi yang menguntungkan untuk jangka panjang.
Mari kita bahas semuanya dengan lengkap!
Apa Itu Reksadana Saham?
Reksadana saham adalah produk investasi yang mengalokasikan minimal 80% dana kelolaan pada instrumen saham. Sisanya dapat ditempatkan pada pasar uang atau obligasi untuk menjaga stabilitas.
Berbeda dengan reksadana pasar uang atau pendapatan tetap, reksadana saham memiliki karakteristik:
- Potensi return lebih tinggi
- Risiko fluktuasi lebih besar
- Cocok untuk tujuan jangka panjang (≥ 5 tahun)
Produk ini dikelola oleh manajer investasi profesional yang memilih saham-saham terbaik sesuai strategi pengelolaan.
Bagaimana Cara Kerja Reksadana Saham?

Bagi pemula, memahami cara kerjanya adalah langkah pertama sebelum membeli.
1. Kamu Menyetor Dana
Kamu membeli unit reksadana melalui platform atau manajer investasi.
2. Dana Dikumpulkan Bersama Investor Lain
Uangmu disatukan dengan dana investor lain untuk mendapatkan skala investasi yang lebih besar.
3. Manajer Investasi Membeli Saham
Mereka akan memilih saham-saham potensial seperti:
- Saham blue chip
- Saham sektor unggulan
- Saham yang undervalued namun berfundamental kuat
Semua keputusan didasarkan pada analisis mendalam.
4. Kenaikan dan Penurunan NAB
Nilai investasi kamu naik atau turun mengikuti kinerja saham-saham yang dimiliki dalam portofolio.
Jika pasar saham naik → NAB naik
Jika pasar saham turun → NAB ikut turun
5. Kamu Bisa Menjual Kapan Saja
Reksadana sifatnya likuid. Tapi idealnya, simpan minimal 5 tahun agar hasilnya optimal.
Kelebihan Reksadana Saham
Apa yang membuat banyak investor tertarik?
1. Potensi Return Tertinggi di Antara Jenis Reksadana Lain
Dalam jangka panjang, reksadana saham bisa menghasilkan return tahunan 10–20% bahkan lebih, terutama jika pasar sedang bullish.
2. Cocok untuk Mencapai Tujuan Besar
Seperti:
- Dana pensiun
- DP rumah
- Pendidikan anak
- Kebebasan finansial
Karena sifatnya jangka panjang, pertumbuhan nilai bisa maksimal.
3. Manajer Investasi yang Berpengalaman
Kamu tidak perlu memilih saham secara mandiri. Semua analisis dilakukan oleh ahli yang memahami pasar.
4. Investasi Lebih Terjangkau
Tidak perlu ratusan ribu untuk membeli satu lot saham. Dengan Rp10.000–100.000 saja, kamu bisa berinvestasi di banyak saham melalui reksadana.
5. Diversifikasi Otomatis
Dana kamu tidak hanya masuk ke satu saham, tetapi ke beberapa sektor sekaligus, sehingga risiko lebih tersebar.
Risiko Reksadana Saham (Wajib Dipahami Pemula!)
Meskipun menjanjikan, reksadana saham punya risiko yang harus kamu pertimbangkan:
1. Risiko Fluktuasi Tinggi
Harga saham bisa naik-turun drastis. NAB reksadana bisa naik tinggi atau turun tajam dalam waktu singkat.
2. Risiko Pasar
Jika ekonomi melemah, gejolak politik terjadi, atau terjadi resesi global, kinerja pasar saham ikut terpengaruh.
3. Risiko Kinerja Manajer Investasi
Jika MI tidak responsif terhadap kondisi pasar, performa produk bisa tertinggal jauh dari kompetitor.
4. Risiko Jangka Pendek
Reksadana saham tidak cocok untuk kebutuhan < 3 tahun. Jika dicairkan saat pasar sedang turun, kamu bisa rugi.
Cara Memilih Reksadana Saham Terbaik untuk Pemula

Ini bagian paling penting. Begini cara memilih produk yang aman dan tepat:
1. Cek Track Record Manajer Investasi
Perhatikan:
- Pengalaman MI (minimal 5–10 tahun)
- Total dana kelolaan (AUM)
- Konsistensi kinerja
- Reputasi perusahaan
Semakin besar dana kelolaan, biasanya semakin dipercaya investor.
2. Periksa Return Historis Produk
Cek return 1 tahun, 3 tahun, hingga 5 tahun. Produk yang stabil biasanya naik secara bertahap meski pasar berfluktuasi.
3. Lihat Jenis Saham dalam Portofolio
Untuk pemula, pilih produk yang fokus pada:
- Saham blue chip
- Saham LQ45
- Saham dengan fundamental kuat
Hindari portofolio yang terlalu spekulatif.
4. Bandingkan Biaya Pengelolaan (Management Fee)
Semakin tinggi biaya, semakin besar potensi mengurangi return. Bandingkan dengan produk lain dengan kategori sama.
5. Periksa Rating Reksadana
Rating dari lembaga seperti Morningstar atau platform investasi bisa membantu mengevaluasi risiko dan kinerja produk.
6. Sesuaikan dengan Tujuan Investasi
Jika tujuan kamu jangka panjang, reksadana saham adalah pilihan terbaik. Tapi kalau hanya 1 tahun, lebih baik pilih instrumen lain.
Strategi Investasi Reksadana Saham untuk Pemula
Biar hasil makin optimal, coba strategi berikut:
1. Gunakan Metode Dollar-Cost Averaging (DCA)
Investasi rutin setiap bulan membantu kamu mendapatkan harga rata-rata yang lebih stabil. Teknik ini sangat efektif menghadapi fluktuasi pasar.
2. Jangan Panik saat Pasar Turun
Pasar saham memang naik-turun. Justru masa penurunan sering menjadi kesempatan membeli lebih murah.
3. Simpan Minimal 5 Tahun
Reksadana saham bekerja optimal dalam jangka panjang. Semakin lama, potensi return makin besar.
4. Diversifikasikan Investasi
Jangan hanya punya satu reksadana saham. Kombinasikan dengan:
- Reksadana pendapatan tetap
- Pasar uang
- Indeks saham
Portofolio jadi lebih stabil.
5. Evaluasi Secara Berkala
Tinjau performa setiap 6–12 bulan. Jika return tertinggal jauh dari benchmark, pertimbangkan untuk mengganti produk.
Reksadana saham adalah pilihan terbaik bagi pemula yang ingin mendapatkan return tinggi dalam jangka panjang. Namun, instrumen ini juga memiliki risiko yang perlu dikelola dengan baik.
Dengan memilih manajer investasi yang tepat, memahami strategi berinvestasi, dan bersikap disiplin dalam jangka panjang, kamu bisa memaksimalkan potensi keuntungan sambil menjaga risiko tetap terukur.
Jangan buru-buru. Jangan takut belajar. Mulailah dengan nominal kecil dan tingkatkan secara bertahap.








