Buat kamu yang baru mulai berinvestasi di reksadana, pasti sering melihat istilah NAB per unit – angka yang selalu berubah setiap hari di aplikasi investasi. Kadang naik, kadang turun, kadang bikin senang, kadang bikin bingung.
Lalu muncul pertanyaan besar: Sebenarnya apa itu NAB? Kenapa nilainya bisa berubah-ubah? Bagaimana pengaruhnya terhadap keuntungan investor?
Tenang, kita bahas semuanya secara santai supaya mudah dipahami, bahkan jika kamu masih sangat baru di dunia reksadana.
Apa Itu NAB (Nilai Aktiva Bersih)?
NAB atau Nilai Aktiva Bersih adalah total nilai seluruh aset dalam reksadana, dikurangi seluruh kewajiban (liabilities) yang harus dibayar.
Secara sederhana:
NAB = Total nilai aset portofolio – total kewajiban
Setiap reksadana terdiri dari berbagai aset, tergantung jenisnya:
- Reksadana saham → berisi saham
- Reksadana obligasi → berisi obligasi
- Reksadana pasar uang → deposito & instrumen pasar uang
- Reksadana campuran → kombinasi semua instrumen
Setiap hari, nilai aset ini dihitung ulang berdasarkan harga pasar terbaru.
Apa Itu NAB per Unit?
Nah, NAB yang sering kamu lihat di aplikasi sebenarnya adalah NAB per unit.
Rumusnya:
NAB per unit = NAB total ÷ jumlah unit yang beredar
Contoh sederhana:
- NAB total reksadana: Rp10 miliar
- Unit yang beredar: 10 juta unit
- NAB per unit = Rp10 miliar ÷ 10 juta = Rp1.000 per unit
Jika harga NAB per unit naik menjadi Rp1.050, berarti reksadanamu sedang untung.
Kenapa NAB Reksadana Bisa Naik dan Turun?

Nilai NAB berubah setiap hari karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Mari bahas satu per satu dengan contoh yang mudah dipahami.
1. Perubahan Harga Aset dalam Portofolio
Ini adalah faktor utama. Jika nilai aset naik, NAB ikut naik. Jika turun, NAB ikut turun.
Contoh pada reksadana saham:
Jika salah satu saham dalam portofolio naik 5%, NAB akan ikut naik karena nilai total aset bertambah.
Contoh pada reksadana obligasi:
Harga obligasi bisa naik ketika:
- Suku bunga turun
- Permintaan tinggi
- Risiko penerbit menurun
Sebaliknya, jika harga obligasi turun, NAB akan ikut turun.
2. Pembayaran Kupon atau Dividen
Reksadana yang berisi obligasi atau saham bisa menerima pendapatan berupa:
- Kupon (bunga obligasi)
- Dividen (pembagian laba perusahaan)
Pendapatan ini menambah nilai aset reksadana → NAB naik.
3. Perubahan Suku Bunga
Suku bunga punya pengaruh besar terutama pada reksadana obligasi.
- Suku bunga naik → harga obligasi turun → NAB turun
- Suku bunga turun → harga obligasi naik → NAB naik
Ini hukum dasar pasar obligasi.
4. Kinerja Pasar Secara Keseluruhan
Pasar bisa naik (bullish) atau turun (bearish), dipengaruhi oleh:
- Kondisi ekonomi global
- Kebijakan pemerintah
- Isu geopolitik
- Inflasi
- Sentimen investor
Jika pasar sedang buruk, nilai aset ikut tertekan → NAB turun.
5. Arus Dana Masuk dan Keluar (Subscription & Redemption)
Meski tidak mengubah NAB per unit secara langsung, arus dana masuk/keluar dalam jumlah besar bisa memaksa manajer investasi:
- Menjual aset → dapat memengaruhi nilai portofolio
- Membeli aset → memengaruhi harga aset
Situasi ini bisa berdampak pada pergerakan NAB per unit.
6. Risiko Kredit pada Obligasi
Untuk reksadana obligasi yang berisi obligasi korporasi:
- Jika perusahaan penerbit mengalami masalah keuangan
- Reputasinya menurun
- Kemungkinan gagal bayar meningkat
Harga obligasi bisa turun drastis → NAB ikut turun.
Bagaimana Pengaruh NAB terhadap Keuntungan Investor?

Ini bagian yang paling penting untuk dipahami.
Jika kamu membeli reksadana di harga NAB Rp1.000 per unit dan suatu waktu NAB naik menjadi Rp1.100, artinya kamu mendapat keuntungan 10%.
Keuntungan reksadana dihitung dari:
(NAB per unit saat jual – NAB per unit saat beli) ÷ NAB per unit saat beli × 100%
Jadi pergerakan NAB sangat menentukan profit atau rugi kamu.
Apakah NAB Selalu Naik dalam Jangka Panjang?
Tidak selalu, tapi cenderung naik untuk produk yang portofolionya sehat dan dikelola dengan baik, terutama:
- Reksadana obligasi
- Reksadana pasar uang
- Reksadana saham blue chip
Kuncinya adalah:
- Pilih manajer investasi berkinerja konsisten
- Investasi dalam jangka panjang
- Tidak panik saat pasar turun
Ingat: pasar jangka pendek penuh fluktuasi, tapi tren jangka panjang biasanya stabil bertumbuh.
Tips Memahami NAB agar Tidak Salah Ambil Keputusan
Berikut cara memanfaatkan informasi NAB agar investasimu lebih cerdas:
1. Fokus pada Kinerja Jangka Panjang
Lihat grafik 1 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun. Jangan terpaku pada pergerakan harian.
2. Jangan Panik Saat NAB Turun
NAB turun tidak selalu buruk. Bisa jadi:
- Pasar sedang terkoreksi
- Momentum bagus untuk top-up
3. Bandingkan NAB dengan Produk Serupa
Reksadana obligasi A turun 1%, tapi produk serupa hanya turun 0,2%.
Artinya kinerja produk A kurang baik.
4. Lihat Laporan Bulanan Manajer Investasi
Kamu akan tahu portofolio apa saja yang memengaruhi NAB.
5. Tentukan Tujuan Investasi yang Jelas
NAB harian tidak penting untuk tujuan jangka panjang seperti DP rumah atau dana menikah 3–5 tahun lagi.
Pergerakan NAB adalah hal wajar dan menjadi bagian dari dinamika pasar. Yang penting adalah:
- Pahami bagaimana NAB bekerja
- Ketahui faktor-faktor yang memengaruhinya
- Pilih produk reksadana yang tepat
- Fokus pada tujuan jangka panjang
Dengan memahami konsep dasar ini, kamu bisa membuat keputusan investasi yang lebih bijak dan tidak mudah panik saat pasar bergerak.








